Sebuah Ketikan Berharga Tentang Jalan (Cerita Akhir KKN UGM)

"Lu ngapain dah gabung ama kita, udah gue bilang, lu itu cuma bikin suasana keruh doang. Cabut gih sono. Bikin susah aja."

- seorang di lingkungan SMA yang sifatnya belagu dan hidupnya mungkin tidak jelas dan hobinya ngikut doang kalo ngejek-ejek (lowkey dia ga jantan, namanya ada Tino, tapi mungkin nama sebenarnya itu Tina).

"Alah, gue sih ga mau bareng sama orang useless macam dia. Apaan coba. Dumb banget itu anak."

- seorang di lingkungan S1 yang merupakan anak dosen, untungnya harus extend, dan hobinya cuma nge-game doang.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Note sebelum membaca blog : jangan pernah mengharapkan gue lampirkan nama orang di sini, karena gue bukan orang yang suka masukin nama teman di sini. Sorry. But, it's all good and positive in this blog, no hate, and no bad feeling.

Terus terang, dua perkataan tersebut sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telinga gue setiap gue ingin beraktivitas atau ingin berkontribusi untuk sesuatu. Sebuah pesimisme yang memang mengakar dalam diri gue selama setahun belakangan ini. Memang, belakangan ini, gue mulai mencoba mencari berbagai macam cara untuk kembali bisa menjadi apa yang gue inginkan. Dicintai, dihargai dan dihormati sebagaimana mestinya.

Berkali-kali gue mencoba untuk memperoleh hal tersebut, berkali-kali juga gue harus menyicipi kegagalan. Seakan-akan, gue terkutuk dengan dua pernyataan seperti itu. Terus terang, jika gue telusur lebih lanjut, dua orang yang ngomongin hal itu secara terbuka pun sebenarnya juga mungkin tidak bisa apa-apa dan diuntungkan karena beberapa faktor, seperti kekayaan atau posisi. Yang satu memang merupakan anak orang kaya yang dengan mudah memperoleh apa yang diinginkan, namun, juga dibenci oleh banyak pihak karena sifatnya yang cukup belagu. Yang satu lagi, ya, anak dosen yang mungkin arah hidupnya tidak jelas juga.

If i can, let me give you this, biar nyadar!


Hal itu pun terjadi bahkan ketika gue sedang menjalani program KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Dukuh (Dusun) IX Jalan, Desa Banaran, Kulon Progo. Program ini gue jalani selama 2 bulan dan di sini gue sendiri punya misi untuk setidaknya membuktikan ke banyak orang bahwa kedua perkataan tersebut sebenarnya salah dan sudah tidak berlaku lagi. Gue mencoba mencari cara untuk bisa setidaknya mendapatkan kesan seolah-olah gue bisa berkontribusi yang baik, gue ingin dicintai dan dihormati ketika itu. Gue ingin mendapatkan berbagai banyak tanggung jawab dan posisi, waktu itu gue ingin menjadi koordinator kluster biar bisa dihormati banyak orang, bahkan pada intinya, gue ingin memperoleh posisi penting ketika program KKN ini. Menjadi orang yang dihormati dan disegani karena posisi.

The core is, gue ingin membuktikan kembali bahwa dua kalimat yang (mohon maaf) menyebalkan ini salah dan gue bisa memutarbalikkan semuanya.

Selama dua bulan program KKN ini, gue sendiri ditempatkan dalam satu pondokan bersama 9 orang mahasiswa lainnya, dan mereka sendiri memang lebih muda dari gue untuk segi angkatan. You know, di UGM sendiri, mahasiswa Kedokteran diminta melaksanakan program KKN ketika program koass sedang berjalan berhubung memang kita sendiri ada stase KKN juga. Selain itu, kami sendiri juga diberikan tugas tambahan yang frankly speaking, cukup nyebelin.

WHY???? Ketika kita sudah cukup diberikan namanya LPK, LRK, dan juga I-1 (logbook), kita juga diberikan tugas tambahan. (okay, back to the core again)

Jadi, di pondokan ini, gue dipertemukan dengan orang-orang yang terus terang, setelah beberapa lama, gue menyadari bahwa mereka semua mungkin lebih hebat ketimbang gue sendiri. Ya, banyak orang yang bilang gue hebat bahwa gue anak kedokteran, tapi ketika jas putih dan stetoskop itu dilepas, terus terang, lo bukan siapa-siapa kok, hanyalah manusia biasa tok yang numpang lewat.

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini, ingin itu, banyak sekali

Awal kegusaran gue di pondokan sebenarnya dimulai bukan karena masalah, namun karena sifat gue yang entah kenapa cukup antusias dengan semua hal, or let's say, kalo di dunia koass itu, borderline MANIKOM. Jadinya, ya, gue cukup gusar. Gue sempat iri dengan seseorang yang justru bisa melakukan banyak hal, mulai dari benerin motor, benerin instalasi listrik, bahkan ngangkat beban berat, dan satu lagi mampu berorganisasi dengan baik. Gue pun kembali teringat dengan pernyataan yang pernah disampaikan di awal oleh seorang teman di pondokan, seperti ini..

"Eh, si itu memang cowok ideal ya, punya ide cemerlang, bisa benerin lampu rusak, bisa megang kabel, wih banyak hal dah. Sekarang, mah, cowok nyebelin banget. Ingin deh punya cowok kayak gitu."

Entah kenapa, gue mendengar pernyataan itu, cukup tersinggung. Dan, kembali menyesali masa lalu gue yang memang mungkin tidak bisa apa-apa. Gue memang orang yang terus terang hanya lemah dalam hampir semua hal, gue bahkan ga bisa menggunting dengan baik, intinya gue adalah orang yang memang masih kurang punya skill dalam hampir semua hal, bahkan yang basic sekalipun dan yak, rentan banget untuk berbuat salah. Sayangnya, gue adalah tipe orang yang sekalinya buat salah, gue udah mulai kehilangan semangat untuk melakukan hal tersebut. Mungkin saja, ada orang yang cukup sabar untuk ya, at least mengajarkan, but, tidak semua orang punya sifat seperti itu.

Sehingga, tidak heran jika muncul kedua kalimat yang menyebalkan itu. Dan, kedua kalimat menyebalkan itu seolah-olah muncul silih berganti di pikiran gue, yang buruknya membuat gue kembali berpikir untuk mengakhiri pendidikan gue di Kedokteran. Yak, gue kembali berpikir untuk meninggalkan perkoassan dan mencari pekerjaan di luar itu. Ketika gue kembali curhat ke orang tua soal hal tersebut, tentunya mereka sedih bahkan meminta gue untuk bertahan dan menyelesaikan semuanya. Dengan catatan, mereka akan membiarkan gue memilih jalan karir sendiri setelah gue menyelesaikan masa koass gue yang terus terang gue jalani dengan tanpa niat selama setahun ini.

Seolah-olah, pikiran gue ini menjadi medan perang. Gue pun mungkin berpikir, jika hal seperti ini terjadi, yang gue bisa lakukan adalah ya, meninggalkan semuanya saja, biar tenang. Toh, mereka benar juga, bahwa sebesar-besarnya usaha yang gue lakukan ini, ujung-ujungnya pasti gagal dan kembali lagi ke siklus awal.

Perlahan-lahan, apa yang gue pikirkan dan menjadi beban pikiran selama program KKN ini pun kembali terjadi, semua karena nafsu gue yang waktu itu memuncak terutama berhubungan dengan posisi dan kehormatan. Gue melakukan sebuah kesalahan yang fatal demi keberlangsungan sebuah program besar, dan setelah itu, gue sempat disidang dan diberikan nasehat oleh beberapa orang. Gue mulai merasakan bahwa apa yang gue lakukan memang adalah kesalahan besar dan entah kenapa, gue mulai kehilangan semangat untuk melakukan apapun. Pikiran bunuh diri pun kembali datang lagi setelah berpisah selama beberapa bulan lamanya.

Ujung-ujungnya, gue curhat ke beberapa orang, bahkan gue tulis banyak hal tentang pikiran bunuh diri tersebut. Entah itu di media sosial, ataupun di grup messenger. Gue ingin supaya orang-orang bisa paham dengan apa yang sebenarnya gue rasakan, bahwa ya, gue lebih baik mati daripada hidup menanggung malu seperti ini. Entah kenapa, respon yang berdatangan banyak dari teman, meskipun kebanyakan dari orang yang gue sendiri belum pernah temui secara langsung.

"Han, lo itu banyak berguna kok. Mereka cuma ga punya kaca kali di rumah. Bodoh amat sama mereka. Jangan dengarkan apa yang mereka katakan."

Itu adalah sebagian besar respon yang masuk ke chat gue ketika mereka ikut merespon tentang hal tersebut. Dan, perlahan-lahan, gue mulai menerima satu nasihat yang membuat gue kembali mengurungkan niat untuk bunuh diri itu. Sebuah chat panjang yang cukup penting dalam hidup gue.

"Halo, bro Farhan. Gue denger pikiran bunuh diri yang lo pernah alami itu muncul lagi? Ah elah bro, gue udah paham dengan lingkungan yang pernah bilang lo itu useless. Toh, kalo lo liat mereka juga, mereka cuma pandai ngeluh doang toh. Mereka itu bilang kayak gitu karena mereka iri doang. Lihat aja si Tia, dia cuma pandainya kalo soal game doang, dan dia dihormati karena memang tua dan anak dosen doang, tapi, yak, in real life, she's nothing, bro.

Sekarang, gue mau nanya satu hal lagi.
Mereka yang ngejek-ngejek lo itu memang sudah pernah bikin dan cetak buku kayak lo?
Mereka yang nganggep lo useless itu memang sudah pernah nulis berbagai artikel di Kompasiana sampe headline kayak lo?
Mereka yang nganggep lo memperkeruh suasana itu memang sudah tahu jalan hidupnya mau dibawa ke mana?
Mereka yang nganggep lo itu produk gagal emang pernah bikin blog kesehatan yang sempat bagus kayak lo?

Enggak, kan? Mungkin jika lo tanya ke gue pertanyaan kayak gitu, gue akan jawab kagak.

Han, lo orang yang hebat banget dan sayangnya lo itu ga tau soal hal itu. Pikiran negatif yang muncul dalam diri lo itu yang menyebabkan lo ga bisa ngapa-ngapain dan ujung-ujungnya, lo stuck dengan depresi dan kecemasan. This is why writer's block happen to you. You really need to love yourself and have some confidence to your ability.

Gue paham dengan keinginan lo untuk bisa menjadi JACK OF ALL TRADE. Bisa semua hal, itu adalah wajar bagi banyak orang. Tapi, instead of being itu, kenapa lo ga jadi diri lo saja dan fokus dengan apa yang lo inginkan. Lo pernah cerita kan kalo lo ingin banget menjadi penulis di bidang kesehatan dan juga lo pernah cerita kan kalo lo ingin jadi ahli forensik? Mending, fokus dengan jalan itu aja, Bro. Ketimbang fokus untuk bisa ngapa-ngapain kayak kita-kita ini. Gue sendiri memaklumi hal itu kok, gue pernah berada dalam posisi seperti itu soalnya. Tapi, ya, orang-orang tidak bisa memaksakan kamu untuk bisa dalam semua hal kok. 

Yup, bro, I really want you to be an incredible writer. Gue ga sabar melihat nama lo dan buku-buku lo lagi terpampang di skena literasi. Yuk, manfaatkan segala yang ada dan belajarlah untuk menjadi yang terbaik!

Manusia itu dilahirkan pasti ada manfaatnya, tidak ada ciptaan Tuhan ini yang useless. Percaya ama gue. Nah, untuk pikiran lo, mending lo perbanyak ibadah aja. Konsultasi pilihan dengan Allah. Allah tidak akan mempersulit kok.

Toh, mungkin teman-teman lo yang sampah itu bakal ya, tetap dengan hal biasa. Memprotes apa yang lo lakuin seolah-olah mengarahkan lo ke jalan yang ya, mereka anggap benar. Namun, BODOH AMAT! Selama menurut lo, itu benar. JUST DO IT! Teman-teman lo itu mungkin akan kebakaran jenggotnya jika lo sukses. Mereka pasti malu besar. Ingat kan lo pernah cerita ke gue soal itu waktu SMA?

Farhan, saran gue cuma satu untuk ini. FOR ONE MORE TIME, PROVE THEM WRONG!

NB : Mengenai keinginan lo untuk keluar dari kedokteran, mending lanjutin aja, selesaikan dengan baik dan berkesan. Setelah itu, mau ditinggal, ya silahkan dan fokuslah menjadi penulis kesehatan atau ya, penulis apapun juga gapapa, ambil kuliah jurnalistik juga boleh tuh. Jadi, jurnalis kedokteran/kesehatan aja, Han. Peluangnya cukup besar, jarang toh? Toh, ketika orang-orang ingin memperoleh informasi kesehatan, orang akan lebih percaya dengan yang sudah punya gelar "dr.", ketimbang yang baru bergelar "S. Ked", betul atau betul?

SEMANGAT YA, HAN! Intinya, bersabar aja untuk menemukan jalan terbaikmu, Han."

Surat itu pun seolah-olah membakar semangat gue kembali dan menyadarkan gue tentang satu hal. Bahwa, ya, gue tidak mesti menjadi siapa-siapa untuk bisa menjadi sukses. Manusia sendiri dilahirkan pasti ada gunanya juga toh. Bahkan, nyamuk yang kita anggap tidak berguna pun sebenarnya ada gunanya juga, terutama untuk para produsen obat nyamuk, atau sekedar pengingat untuk kita selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sehingga, gue memutuskan pada waktu itu untuk kembali memfokuskan niat dan meluruskan niat untuk menjadi penulis setelah gue memperoleh gelar dokter.

Namun, dari kesalahan tersebut, gue mulai belajar tentang satu hal yang terpenting dan mungkin belum pernah diajarkan secara intens selama hampir 22 tahun (12 hari lagi!) gue menjalani hidup, yaitu KOORDINASI. Yak, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, tentu kita tidak boleh bersikap sesuka hati kita. Kita harus berkoordinasi dulu dengan yang dipimpin, memahami satu sama lain dan bersabar dalam merespon satu sama lain. Itulah yang bisa memunculkan tipe pemimpin yang baik. Terus terang, gue sendiri masih belum mampu untuk itu. Bahkan, ketika gue menjalani program gue saja, gue masih susah untuk KOORDINASI dengan teman-teman lain, gue bingung si A mau ditaruh di mana, si B mau ditaruh di mana. Yup, intinya, dalam melakukan sebuah kegiatan, gue ingin yang melakukan itu gue aja, gue bingung orang lain mau ditaruh di mana.

Selama 2 bulan gue berada di program KKN ini, gue sendiri merasa bahwa gue masih belum berhasil untuk menjadi orang yang dicintai or even dihormati. Terlihat dari gue yang merasa kurang kontribusi di beberapa program, semua terjadi karena ya, muncul pikiran-pikiran di otak gue tadi. Jadi, mohon maaf jika gagal, namun gue sendiri sudah cukup berinteraksi dan meninggalkan kesan positif dengan warga sekitar. Bahkan, ada salah satu remaja (anyway, usianya sebenarnya sudah 29 tahun dan masih single) di sana yang gue berikan buku gue sebagai pesan perpisahan ketika program KKN kami sudah purna.



Entah kenapa, program KKN ini kembali menyadarkan bahwa gue lebih baik menjadi seorang penulis ketimbang menjadi seorang yang bisa bicara banyak hal.

Yup, sesuai dengan profil instagram gue,

"I rarely speak, but always write.
Your future full-time writer, learner and dreamer
Target : best-selling books, award wins for my writing"

Buktinya, gue kembali merilis sebuah artikel headline di Kompasiana yang waktu itu lagi marak membahas tentang bunuh diri dan dipromosikan di akun twitter resmi Kompas (kebetulan dirilis pada tanggal ketika vokalis Linkin Park, Chester Bennington, meninggal karena gantung diri). Efek lainnya, ya, gue juga turut diwawancarai oleh salah satu media bernama rilis.id yang masih seumur jagung tentang bunuh diri, dan ujung-ujungnya, gue memperoleh tawaran untuk menulis sebuah artikel kesehatan dari salah satu media iklan (yak, gue belum selesai)

Inilah linknya,
RILIS.id - Fenomena Bunuh Diri, Ini Tanggapan Mahasiswa Kedokteran UGM

Link kompasiana : KOMPASIANA.com - Maraknya Bunuh Diri dan Kiat Mencegahnya by Farhandika Mursyid


"I used to feel so devastated
At times, i thought we'd never make it
Now, we on our way to greatness
And all that ever took was patience."

- Joey Bada$$, Devastated.



Dan, sebagai pesan terakhir untuk menutup blog ini adalah.
Terimakasih untuk teman-teman yang telah berbagi pondokan selama 2 bulan di KKN ini atas canda, tawa, drama, amarah dan semua pengalaman dan pelajaran yang ada. Semoga kelak kita dipertemukan kembali dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.

 
Terimakasih warga Dukuh IX Jalan, Desa Banaran karena telah menerima kami semua dengan baik dan ramah. Ingin aku kembali ke sana. Semoga kelak bisa dipertemukan kembali dengan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.


Kini, semua kenangan indah itu pun telah berakhir
Bersamaan dengan segala kesal yang terhampar selama proses aku belajar
Ah, sudah kubiarkan semuanya itu selesai bagai air mengalir
Kucurahkan semua amarahku bersama matahari yang akan izin untuk mangkir

Terimakasih atas semua pengalaman yang telah disajikan, Teman.
Karena kalian semua, aku sudah menemukan kembali sebuah jalan.
Jalan baru tentang menikmati indahnya kehidupan.
Jalan baru tentang cita-cita, angan dan sifat yang harus kumiliki untuk masa depan.

Terimakasih, Jalan.


 

Comments

  1. Jadi ingat dulu pernah jadi partner kakak kakak yang KKN. Seru banget karena dapet banyak ilmu baru

    ReplyDelete
  2. Paling seneng kl lg Kkn bs bantu si daerah desa. Kekompakan dg rekan2 mahasiswa lain. Farhan hebat! gw miris liat fenomena bunuh diri ini. selamat udah rilis buku!

    ReplyDelete
  3. Sebenarnya kata orang itu ga perlu terlalu dipikirin kalo emang malah jadi batu sandungan. mending mikirin kata -kata yang nyemangatin. Betul juga, orang yang ga enak ngomongnya ke kita mungkin karena mereka iri. jadi lupain aja mereka... Hidup ini singkat, jangan disia-siakan hanya untuk mikir orang yang mengharap kejatuhan kita.

    Fokus aja sama cita-cita, dan yakin kalo masih banyak orang yang mencintai kita...dengan begitu omongan enggak enak itu hanya jadi angin lalu...

    ReplyDelete
  4. Selamat untuk karya tulisan dan bukunya yang akan menginspirasi! Kegagalan hal yang biasa dan tak perlu terlalu mendengarkan kata orang lain, biarkan karya yang berbicara.

    ReplyDelete
  5. Wuiihh keren sudah punya buku..
    Seleseikan atuh koas nya. Sayang gelar dr sudah didepan mata. Aku aja yang pengen jadi dokter ga kesampaian, ehehe=D

    ReplyDelete
  6. Kalau dengerin omongan orang mah emang nggak ada habisnya. Baiknya sih kalau kira-kira ada ucapan yang berdampak negatif ke kita ya diabaikan aja, jangan mau dijajah sama omongan orang. kamu keren loh udah punya buku, jangan kalah ah sama omongan orang.

    ReplyDelete
  7. Tetap semangat ya, Oom Farhan, ga perlu dengerin kata-kata org lain. Toh mereka ga nafkahin lu juga hehe. Lu udah bisa menghasilin buku itu sesuatu banget lho! Ciayo!

    ReplyDelete
  8. Karena udah cape2 mikir dan ngerjain tugas ini itu, memang baiknya diselesaikan. Jika memang kurang cocok, ya lakuin yang disuka. Aku sih percaya ilmu itu pasti akan berguna nantinya. Tetep semangat ya!

    ReplyDelete
  9. wah asik nih KKN di tempat yang dusun dan pedesaan begitu walau awalnya terlihat khawatir atau semacamnya seharusnya ente harus semangat gan KKN di sana. Karena, dengan semangat kita juga udah bisa ambil bagian dalam KKN yang membuat anak anak disana merasa nyaman dan senang.

    ReplyDelete
  10. KKN itu sepertinya asyik ya
    saya ga kuliah jd ga paham
    tapi yang penting ketika turun di masyarakat dan berbaur dengan mereka sambil menerapkan ilmu tentu banyak hal yg diperoleh dan sebelumnya tidak ada di bangku kuliah
    btw..jangan lagi deh keinginan bunuh diri itu muncul
    jauh jauh deh hal begituan

    ReplyDelete
  11. Jadi ingat masa kkn dulu. Disatukan dengan mahasiswa jurusan lain, yang memiliki ilmu berbeda dan tentu saja pandangan serta pemikiran yang berbeda. Sempat juga terjadi drama diantara kami. Yah...isi kepala kami memang berbeda, jadi wajar aja kalau suka ada gesekan.
    Sebenarnya jurusan waktu kuliah, tidak saya sukai. Tapi akhirnya saya selesaikan juga. Dan setelah selesai kuliah, saya baru menekuni apa yang menjadi passion saya. Saya rasa gak ada yang sia-sia. Meskipun jurusannya tidak sesuai keinginan, tapi saya bisa merasakan ada tambahan ilmu.
    Semoga Mas Farhan juga bisa menyelesaikan kuliahnya, lalu kemudian bisa menekuni apa yang menjadi passion Mas Farhan.
    Semangaat ya....

    ReplyDelete
  12. Ish...kamu keren kok kakak...

    Jangan dengerin semua kata orang, toh dirimu gak minta makan sama mereka kan?


    I felt you. Di usia segitu *sisir uban* pencarian jati diri sedang berproses. Wajar aja kalau galau. Bunuh diri bukan jalan keluar....

    ReplyDelete
  13. Kamu mantep banget diusia muda sudah memiliki banyak karya untuk orang banyak. Kalau ada suara sumbang jadikan itu bunga hidup aja, kadang kita terpikir ter lalu dalam. Padahal orang itu belum tentu masih ingat apa yang diungkapkan

    ReplyDelete
  14. Ga akan ada habisnya kalo dengerin omongan orang. Lebih baik keep moving forward aja kita nya hehehe mantap jalanin hidup. Faktanya memang lebih mudah dan lebih banyak orang yang suka mendikte atau komentarin orang lain tapi lupa ngelihat diri sendiri. Dan kamu jangan seperti mereka. Be different and be the best :)

    ReplyDelete
  15. Woooowww keren targetnya, semoga tercapai ya mas.
    Btw, kalau kita yakin punya kemampuan, sebaiknya ya pede aja sih mas. Enggak ada alasan utk gak pede, yg penting kita usaha dan gak nyakitin org.

    Btw keren sering jd headline kompasiana hehe :D

    ReplyDelete
  16. iya han, menulis aja terus kalau memang itu bisa jadi salah satu jalan kesuksesanmu. omongan orang nggak perlu kita dengerin. apalagi yg krg baik.

    ReplyDelete
  17. Kalau buat saya, KKN itu an open door buat hal-hal yang enggak saya tahu. Seru dan jadi pengalaman baru buat saya.

    Saran sih, you better be a writer doctor, jarang lho dokter yang nulis beneran. Kita kan pengen tahu juga bagaimana sastra bisa diramu oleh seorang dokter. Will wait for your next book.

    ReplyDelete
  18. Jadi inget jaman KKN dulu, hehehe. Karena saat KKN saya udah kerja, jadi saya langsung minta keleluasaan teman-teman, kalau saya tugasnya bikin laporan dan dijamin dapet A+, eh bener.

    ReplyDelete
  19. I do know how it feels to feel useless. Meski sudah berusaha sebaik mungkin, meski kadang kata orang kita berguna, tapi bisikan dalam hati bakal terus bilang kita enggak bisa apa-apa.
    Kalau boleh ngasih saran, ga usah maksa nunjukin kita bisa. Lupakan semua ambisi untuk berhasil. Just do what you like to do. Aku nemuin kedamaian lewat blog dan teman-teman blogger setahun terakhir ini.

    ReplyDelete
  20. Siapapun yang nulis surat jawaban buat lu bang, ini headline nya, "LOVE YOURSELF".

    Gue pernah merasa useless banget sebagai seorang anak, seorang manusia, dulu....waktu SMA. Bahkan gue bikin sebuah tulisan lumayan gede di kamar gue "USELESS". Untuk mengingatkan seberapa useless nya diri gue, dll.

    Tapi semakin umur (halah). Gue adalah pemenang adari kompetisi penciptaan manusia di rahim umik. Mungkin calon2 gue yang lain bsia aja masa depannya pejabat, dita besar, doketr internasional, apalah. Tapi ya tapi, inilah gue yang keluar :)

    Dari beberapa pencapaian yang lu tuliskan di bawah, gue bisa relate sih kemampuan hebat yg lu punya dengan beberapa kejadian yg lu alami di lingkungan sosial. Krn menulis itu adlah hal yg personal, jadi wajar sih......spt yg lu tulis, masalah koordinasi.

    Because I've been in that condition and situation hahaha lol. That's why gue ngerasa ga cocok berkecimpung di organisasi. Tp yaa semakin umur juga, gue merasa...gue ini homo sapiens, jenis makhluk yg gabisa hidup sendiri. Paus biru segede gaban di laut aja yg biasanay terlihat sendiri juga butuh plankton utk hidup.

    Ya begitulah.

    Salam kenal!

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih telah mengunjungi blog pribadi saya. Jika suka, jangan sungkan-sungkan lho untuk berkomentar. Salam kenal!

Popular posts from this blog

Cerita Buruk di Sepertiga Terakhir Malam

sebuah reuni | detik-detik terakhirmu

Puisi | Menanti Waktu Berhenti