sebuah reuni | tempat aku menangis
sumber gambar : dokumentasi pribadi |
Ini adalah bagian 2 dari mini-novel "sebuah reuni".
Cinta, kamu pastinya paham sudah berapa banyak air mata yang harus menetes
Cinta, kamu pastinya paham sudah berapa banyak air mata yang harus menetes
Dan, hari ini, aku harus
bertemu lagi denganmu. Entah apakah air mata ini bisa bertahan lebih lama lagi
jika melihatmu hidup kembali.
Setelah beristirahat
seharian, aku kembali menjalani sebuah kegiatan rutin saat libur jaga ini. Aku
akan pergi bertemu Pak Yusuf, seorang yang bisa dibilang ahli dalam dunia yang
berkaitan dengan pikiran manusia. Beliau sendiri bisa dibilang harus drop
out saat mencoba kuliah Kedokteran. Namun, ketertarikannya dalam dunia
Psikiatri membuatnya tertarik untuk mempelajari tentang apa yang sebenarnya
bermain-main dalam perangkat pikiran manusia ini. Hal itu juga yang membuatnya
disegani di kota ini.
Aku dikenalkan kepada Pak
Yusuf oleh Bang Niko saat bercengkrama di sebuah warung makan Padang yang dia
dirikan di kota ini. Untung saja, warung makan ini terletak di dekat kost. Jika
tidak, mungkin aku akan malas datang ke sana. Beliau berasal dari kota
Pariaman, sebuah kota yang memiliki tingkat validitas yang tinggi jika kita
berbicara tentang Sate Padang. Makanan ini bisa dibilang merupakan unggulan
terbesar dari restoran ini, bahkan rasanya pun jauh lebih enak dari sate Padang
yang aku temui saat masih kuliah dulu di Jogja.
Menurut Bang Niko, Pak
Yusuf adalah orang yang membantunya untuk bangkit dari segala keterpurukan yang
sempat menghantuinya saat kerja dulu. Mereka saling bertemu karena Pak Yusuf
ini dulunya adalah pelanggan sate Padang buatannya setelah pulang kerja dulu.
Namun, karena beberapa hal, mereka sudah tidak pernah bertemu lagi. Pak Yusuf
dan Bang Niko sudah terpisahkan oleh jarak dan waktu. Bang Niko sudah berpindah
ke pusat kota. Sedangkan, Pak Yusuf masih tinggal di sebuah daerah di sisi
selatan kota ini.
OoOoOoOoOoO
Awalnya, aku bertemu
dengan Pak Yusuf karena aku sendiri ingin mencari cara untuk melepaskan diri
dari riwayat depresi yang aku alami. Meski kali ini, permasalahan yang dialami
saat kerja di kota ini jauh berbeda ketimbang saat masih kuliah dulu. Namun,
depresi selalu mencari celah untuk kembali menyapa orang yang sudah pernah
bercengkrama dengannya. Salah satunya dengan memori yang tidak bisa diulang
kembali. Di kala kita mencoba untuk move on, terkadang ada sebuah momen yang
membuat kita kembali sedih. Kurang ajar memang.
Di awal, aku coba cari
rumah Pak Yusuf sesuai dengan alamat yang dituliskan oleh Bang Niko. Sialnya,
alamat yang ditujukan hanya dalam bentuk gambaran peta biasa dengan garis dan
titik. Aku pun harus menerka-nerka alamat mana yang dimaksud. Untungnya,
setelah melalui berbagai tanya jawab ke warga sekitar, aku langsung sampai ke
titik yang dituju.
Pak Yusuf pertama-tama
menyambutku dengan hangat. Meskipun wajahnya yang terlihat tua, aku menemukan kesan
yang sangat mengayomi dari aura yang ada. Aku manfaatkan momen tersebut untuk cerita
banyak ke Pak Yusuf tentang apa yang selama ini terjadi padaku. Beliau langsung
mengajakku untuk berbaring di sebuah sofa yang empuk. Sofa ini kelak akan menjadi
saksi bisu tempat di mana aku mengeluarkan semua keluhanku yang menyesak di
dada. Baik itu selama aku bertugas di sini atau saat masih menjalani kehidupan
di Jogja dulu.
Hari ini, aku kembali
bawa motorku menuju tempat Pak Yusuf sesuai janji sebelumnya. Aku ingin ceritakan
apa yang sebenarnya terjadi dalam mimpiku beberapa hari yang lalu itu. Padahal,
aku sama sekali tidak memikirkan gadis itu lagi. Entahlah.
OoOoOoOoOoO
“Anak Muda, selamat
datang kembali. Apa yang bisa saya bantu sekarang ini?”
“Baik, Pak. Hari ini,
saya datang untuk konsultasi terkait mimpi kemarin itu.”
“Saya coba tebak, pasti
mimpimu tentang gadis itu, ya?”
“Waduh, benar sekali, Pak.”
“Baiklah, sebelum kita
melanjutkan pembicaraan, saya mau ke dapur dulu, saya sudah siapkan dua gelas teh
telur. Ditunggu bentar, nggih.”
OoOoOoOoOoO
Lambat laun, hubunganku
dengan Pak Yusuf sudah akrab. Belakangan, aku tahu bahwa dia juga punya keturunan
Minangkabau. Ibunya kebetulan berasal dari daerah Solok, daerah yang terkenal
dengan beras yang pulen dan juga lalu lalang mobil yang berangkat menuju Riau
ataupun Jambi. Di setiap konsultasi, dua gelas teh telur selalu jadi minuman teman
bicara. Pak Yusuf juga cerita bahwa orang yang suka teh telur adalah orang yang
sangat jujur. Bukan kaleng-kaleng.
“Saya jadi teringat waktu
itu, Anak Muda. Ada seorang gadis, usianya 20an gitu, dia awalnya merasa kurang
pede bahwa dia itu cantik. Padahal, menurutku dia orangnya manis lah, imut,
kulitnya putih. Tinggalnya ga jauh dari daerah sini, lah. Saya coba ajak dia
cari minuman favoritnya, saya suruh dia pede dengan minuman itu. Dia justru
memilih untuk menjadi seperti karamel. Ternyata, sekarang, dia sudah cantik dan
sayangnya mulai sombong akan kecantikannya. Saya jadi kurang suka dengan caramel.
Itulah setiap ada tamu yang menyatakan caramel, saya langsung minta ganti atau
tidak, saya usir.”
“Untungnya, kamu tidak
memilih itu. Saya sudah lama tidak ketemu dengan orang itu, Anak Muda. Mungkin
saja, dia sudah jadi wanita jalang atau pelacur kelas atas di apartemen. Saya lebih
memilih untuk diam soal itu. Bagi saya, mengenalkan caramel adalah penyesalan
terbesar dalam hidup saya selama kerja di sini. Saya difitnah, dihabisi, dan
dihajar karena itu.”
OoOoOoOoOoO
Setelah berbicara sekian
lama, Pak Yusuf langsung memintaku untuk berbaring di sofa empuk itu. Pak Yusuf
coba untuk analisa apa yang terjadi di dalam mimpi itu. Dengan sabarnya, beliau
kembali memintaku untuk memutar perlahan-lahan rekaman mimpi itu. Dari detik
waktunya, lokasi, bahkan bagaimana gerakan angin kala itu.
Tak lama kemudian, Pak
Yusuf langsung bertanya.
“Anak Muda, saya sudah
berhasil masuk ke dalam mimpi kamu kemarin itu. Saya sudah dapat bayangan bagaimana
gadis yang kamu maksud itu.”
“Bagaimana, Pak?”
“Jujur, Anak Muda. Gadis
itu sangatlah manis, Saya mengerti kenapa kamu benar-benar menangisi kematiannya
yang sangat dini itu. Memang, karakter gadis itu bisa dibilang langka dari beberapa
gadis yang saya kenal sebelumnya.”
“Benar sekali, Pak. Aku juga
sampai nangis mikirin soal dia. Apalagi, jika membayangkan bagaimana kejadian
itu terjadi. Sangatlah sedih.”
“Iya, saya sudah melihat
dari mukanya tentang apa yang terjadi kala itu.”
OoOoOoOoOoO
“Anak Muda, saya sudah dapat
rekaman dari apa yang terjadi dalam mimpimu kemarin itu. Dari sini, dapat dilihat
bahwa kalian berdua ini punya sebuah chemistry yang sangat bagus. Kalian
memang pada intinya terlahir untuk bersama, namun sayang, maut memisahkan
kalian berdua.”
“Wah. Iya kah, Pak?”
“Benar sekali. Sebenarnya,
dari sini, saya punya sebuah ide yang bisa dibilang sangat sulit untuk
dijalani. Tapi, sebagai rasa terima kasih saya kepada kamu atas segala yang
telah kamu lakukan, saya akan coba sebisa mungkin.”
“Maksudnya, Pak?”
“Hmm.. Anak Muda, akan
lebih baik jika kita bicarakan kapan-kapan. Saya kebetulan ada janji sama seorang
klien lagi di dekat Pasar Rakyat sana. Saya kabarkan kamu via anak saya, ya.”
“Baik, Pak Yusuf. Terima
kasih banyak, nggih, atas kesempatan hari ini. Aku jadi tidak sabar dengan
rencana Pak Yusuf ke depan seperti apa. Semoga menarik.”
“Ohya, Anak Muda. Seperti
biasa, ini ada titipan rendang dari istri saya.”
OoOoOoOoOoO
Pak Yusuf kembali
memberikanku sebuah makanan yang kembali mengingatkanku akan budaya Minangkabau.
Nasi Rendang. Bagiku, nasi rendang buatan istri Pak Yusuf jauh lebih enak
ketimbang nasi rendang yang dijual di beberapa tempat di kota ini. Meskipun
dibikin sama orang Minang juga, namun, rasa yang ini jauh lebih enak. Bahkan, lebih
dari tempatnya Bang Niko juga. Itulah yang membuatku selalu ingin kembali ke
tempatnya Pak Yusuf di kala ada sesuatu yang perlu aku ingin ceritakan.
Beliau sendiri hanya bisa
dikontak melalui anaknya, Fika. Atas alasan baiknya, aku lebih suka memanggilnya
dengan sebutan Uni Fika. Dia adalah orang yang menginfokan soal jadwal dari Pak
Yusuf untuk datang konsultasi. Sudah hampir 1.5 bulan kegiatan ini aku jalani. Pak
Yusuf sudah aku anggap sebagai orangtua kedua selama di kota ini. Tempat untuk
berbagi kebahagiaan, meminta nasihat, dan juga utamanya, tempat untuk menceritakan
kesedihan.
Meskipun itu, Uni Fika
sendiri pernah cerita bahwa Pak Yusuf akhir-akhir ini sedang berjuang melawan penyakit
kanker otak stadium lanjut. Beliau sering bolak-balik ke Rumah Sakit untuk
kemoterapi, meskipun itu, semangat beliau tidak patah untuk membantuku dan
klien-klien lainnya. Namun, beliau tetap membatasi segala aktivitasnya, tidak
seperti yang dulu lagi. Desas desus yang beredar adalah kanker otak yang
diderita Pak Yusuf datang dari gadis penyuka caramel itu.
Apapun itu, entahlah.
Aku hanya berharap semoga
kanker yang diderita Pak Yusuf itu cepat membaik. Masih banyak orang yang
membutuhkan Pak Yusuf untuk kembali. Mereka ingin meluapkan segala kesedihan yang
dialami. Termasuk juga aku.
OoOoOoOoOoO
Setelah sampai di kost,
aku langsung merenungi apa pesan dari Pak Yusuf tersebut tentang gadis yang ada
di mimpi itu. Dan, tiba-tiba, wajahnya mulai terbayang kembali di benakku.
Hingga, akhirnya, malam setelahnya, aku kembali mengalami bertemu gadis itu
dalam mimpiku.
OoOoOoOoOoO
“Cinta, bagaimana kabarmu
sekarang? Sudah tiga bulan ini, aku pergi meninggalkanmu. Entah kenapa, rasa
rindu yang ada menjadi membesar. Namun, apalah daya, kita sudah tinggal di
dunia yang berbeda.”
Entah kenapa kala itu, mulutku
tidak bisa bergerak. Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan.
“Cinta, tadi siang, aku
mengenal ada seorang tua renta yang datang melihatku. Aku sangat takut sekali
kala itu. Pas aku coba hampiri, ternyata dia orang yang baik. Namun, dia tidak
bicara apa-apa, hanya senyum saja dan berkata “Kamu memang orang yang sangat cantik.
Wajar jika ada yang mengagumimu hingga sekarang ini. Sampai jumpa lagi, ya!”.
Apakah kamu kenal dia?”
Di situ, aku bingung mau
jawab apa, dan sontak, aku terbangun oleh bunyi alarm dari gawaiku. Sudah ada
janji dengan seorang teman di warung kopi langganan.
Memang iya, menjaga silaturrahIMM itu adalah sunatullah. Sebab reuni dengan orang² yang dekat dari dulu bisa meluruskan arah tujuan masa depan.
ReplyDeleteAku pikir, kalau lagi sedih, banyak masalah, baiknya memang cerita pada orang yang tepat. Yang tepat ya, yang busa ngasih solusi. Daripada stres sendiri
ReplyDeleteBtw, tetap semangat melanjutkan kisahnya
Sedih banget, udah hidup di dunia berbeda tapi belum bisa saling move on. Dilanjutkan lagi kak ceritanya, seru nih kayaknya.
ReplyDeleteHebat nih ilmunya pak Yusuf bisa masuk ke mimpi orang ya. Bahkan bisa merasakan visual yang sama. Kalau berdasar kisah nyata, keren nih pak yusuf.
ReplyDeleteAku membayangkan bagaimana jika penanda alamat itu berbentuk share loc google maps, pastilah lebih mudah ya. Hehehe.. cinta beruntung sekali kamu selalu di rindukan
ReplyDeleteIya, Mas, kalau telanjur akrab dengan depresi, mudah kembali, dia. Sudah susah-susah menghilangkan, kadang ada pemicu langsung datang lagi. Keren, ya Pak Yusuf ini. Meski tak bisa jadi dokter, tapi akhirnya dapat belajar apa yang dicintainya.
ReplyDeleteApakah Pak Yusuf terinspirasi dg seseorang di dunia nyata? Sepertinya seru kalau beneran ada seperti Pak Yusuf yang punya keahlian menganalisis jiwa seseorang.
ReplyDeleteWohooo senang sekali anak muda itu.. bisa bercerita bis apula dapat titipan rrndnag.. hm pasti enak rendang buatan istri pak yusuf... 😊
ReplyDeleteakh... akhirnya bisa bertemu jua, walaupun hanya didalam mimpi tapi sudah cukup mampu melepas kerinduan. Tentu akan dapat bertemu di masa yang sudah ditentukan nanti.
ReplyDeleteUnik.
ReplyDeleteBertemu dengan seseorang memang gak harus di dunia nyata yaa..walau hanya dalam mimpi, semoga bisa mengobati.