UKMPPD, Sebuah Fase Untuk Berkarya

Contoh alat yang diperlukan untuk persiapan OSCE UKMPPD
Sumber gambar : pribadi

Beberapa hari lalu, aku tiba-tiba nongkrong di acara Instagram Live dari akun seorang rapper
bernama Explicit Verbal alias EV (@adityaewangga). Kala itu, dia juga lagi nongkrong bareng
dengan rapper lainnya yang terkenal di skena lokal bernama N.Y.C.O (rapper ini terkenal sangat
jago dalam mengolah kata menjadi lirik-lirik jenaka, silahkan kepoin beberapa lagunya di kanal
YouTube). Ketika aku masuk, sempat ada pertanyaan dari mereka tentang kapan aku menulis lagi
tentang HIp-Hop, setidaknya melakukan review terhadap karya entah itu dari EV ataupun N.Y.C.O
yang sejujurnya sudah luput dari perhatianku, terutama untuk karya hip-hop yang pernah di-tag di
Facebook. Memang, sudah terbilang sangat lama aku tidak menulis lagi tentang Hip-Hop, bahkan
menulis tentang genre musik yang aku suka. Terakhir kali aku menulis sebuah artikel yang berkaitan
dengan musik di situs besar itu, ya, mungkin Januari tahun lalu, di kala aku coba review album ONE
OK ROCK terbaru yang berjudul “Ambitions”. Tulisan itu memperoleh predikat Headline dan
apresiasi dari beberapa fans di Indonesia.


Ketika melihat akun Kompasianaku yang mungkin sudah berdebu dalam hal kepenulisan artikel
(bukan cerpen), bisa dibilang, akhir-akhir ini, aku lebih senang untuk membagikan imajinasi yang
aku punya (contohnya ketika aku membentuk teman cewek khayalan bernama Nanako di cerpen
berjudul “Kenangan 5745 Kilometer” terinspirasi dari seorang artis Jepang cantik yang fotonya aku
sisipkan), ketimbang membagikan opini yang ditemani dengan fakta yang ada. Karya-karya
terakhirku di Kompasiana justru condong ke arah cerpen ketimbang artikel, sebuah gaya menulis
yang aku terapkan. Hal itu juga yang membuatku bingung saat mengikuti seminar kepenulisan
artikel yang diadain oleh sebuah media di Yogyakarta. Di saat latihan menulis artikel, entah kenapa
aku masih kaku dalam menulis atau sekedar mencari inspirasi ataupun bahan yang bisa
memperkuat daya artikelku.


Dua tahun terakhir ini dapat dinyatakan sebagai momen dimana aku sangat ingin menjadi penulis,
bahkan membuatku ingin berhenti untuk menyelesaikan pendidikan jadi dokter untuk mencari jalan
yang memungkinkan untuk hanya menjadi penulis. Aku sempat coba cari lowongan kerja di bidang
kepenulisan, entah itu menulis artikel ataupun sekedar menulis hal yang tak penting. Tapi, entah
kenapa, semuanya mengarah kepada satu hal, entah itu harus memiliki latar belakang pendidikan
yang sesuai ataupun pengalaman kepenulisan yang bagus. Hal yang terakhir sejujurnya aku masih
merasa belum punya, di balik tulisan Hip-Hopku yang yah, masih sebatas tulisan superfisial aja. Di
situ juga aku sempat menyesal karena telah memilih Fakultas Kedokteran sebagai tempatku
bernaung, entah kenapa tidak ambil Fakultas MIPA (dengan latar belakang Fisika yang aku punya
saat SMA) atau mencoba melintas lebih jauh lagi ke Kluster Sosio-Humaniora.

Ah, buat apa hal itu direnungi lagi, sih. Sekarang, sudah dalam hitungan hari lagi menjelang Uji
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD), lebih tepatnya dimulai hari Sabtu ini,
dengan ujian pertama adalah ujian praktek alias OSCE, yang tentu saja mendebarkan untukku. Dan,
itu pun bukanlah di bagian akhir, karena minggu depannya akan ada ujian CBT alias uji teori dimana
kami akan menghadapi 200 soal pilihan ganda yang harus dijawab dalam waktu 200 menit. Kedua
ujian itu sebenarnya untuk menentukan apakah aku layak atau tidak memperoleh gelar Dokter (dr.),
gelar yang tentunya menjadi jalan akhir bagi seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) di
Indonesia. Gelar yang dapat meningkatkan status sosial di mata masyarakat, karena berkaitan
dengan salah satu kebutuhan pokok manusia, yakni kesehatan.

“Kalo sudah tamat jadi dokter, pasti tulisanmu tentang kesehatan akan lebih valid.”

Pernyataan orangtuaku itu juga membuatku memutuskan untuk tidak merenungi itu lagi. Memang,
dokter yang jago dalam menulis dianggap keren oleh masyarakat sekarang ini. Dokter yang jago
menulis karya sastra, atau dokter yang ngefans hip-hop adalah hal yang cukup jarang ada di
Indonesia ini. Seperti yang dikatakan oleh seorang teman di sosial media,

“Jarang loh ada dokter yang ngefans sama HIp-Hop. Sangat jarang!”


Jadi, teman-teman semua, di tulisan ini, aku tetap memutuskan bahwa memang sudah saatnya aku
untuk lulus menjadi dokter yang baik, dan tentu saja dengan sangat layak di Uji Kompetensi kali ini.
Karena, ini bukan hanya terkait kesuksesan diriku saja, tapi juga terkait masyarakat kelak. Pasti,
teman-teman pembaca juga tidak mau kan diobati sama dokter yang tidak kompeten. Kalian pasti
ingin dokter yang benar-benar paham akan penyakit dan mampu memberikan solusi ataupun
metode pengobatan yang terbaik dengan pasien. Seperti apa yang dikatakan waktu tahun pertama
kuliah dulu,

“Jangan hanya sekedar lulus di Uji Kompetensi Nasional aja, jadilah dokter yang mulia. Bila perlu,
FIVE-STAR DOCTOR!”

Dan, iya, untuk mengakhiri tulisan ini, mohon do’a juga dari semua teman-teman, terutama fans Hip
Hop ataupun pembaca setia sejak masa aku masih membuka info kesehatan melalui Dokter
Foramen. Doakan semoga aku bisa lulus dalam Uji Kompetensi ini dan menjadi dokter yang baik
untuk semua kalangan. Amin!


Aku sudah tidak sabar untuk kembali menulis info bermanfaat untuk teman-teman semua,
berkontribusi positif melalui apa yang aku bisa lakukan, yakni dengan menulis.

Sampai jumpa lagi dengan tulisan baru setelah tanggal 19 Agustus!




Calon dokter ataupun spesialis apapun yang akan diambil,


Farhandika Mursyid (sebelumnya dikenal sebagai Dokter Foramen)

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Buruk di Sepertiga Terakhir Malam

sebuah reuni | detik-detik terakhirmu

Puisi | Menanti Waktu Berhenti