the love theory - nanako (part 2)


Hello, Gani! How are you doing? Congrats for officially becoming a doctor! Looking forward to meet you soon!”
“Oh, hey Nanako! Thanks anyway! I am fine. How about you? I also can’t wait to talk with you a lot! So, when will you come here?”
“I am fine too! I just booked a ticket, I will go to Jakarta first, and meet one friend there. And then, I will go to Jogjakarta. Can’t wait! I already searched several informations there. Talk to you later. I am going for a meeting. Bye!
--------------------------------------------------------
Chat dari Nanako itu datang saat aku sedang sibuk menjalani pekerjaan sebagai asisten penelitan di sebuah departemen di kampusku. Sekarang, aku sudah resmi bergelar dokter dan sedang menunggu jadwal dan tempat internship aku dimana selama setahun ke depan. Menurut peraturan yang ada, kami semua akan memulai program tersebut di awal tahun depan. Sehingga, untuk menghabiskan tahun ini, sebagian besar dari kami memilih untuk mencari pekerjaan sampingan. Kebanyakan, tentu saja dengan menjadi asisten penelitian ataupun asisten operasional dosen tertentu, atau ada juga yang mencoba mencari peruntungan di tempat lain. Semuanya tergantung pada niat masing-masing di masa depan. Kebetulan, aku sendiri bekerja di departemen yang kelak akan aku masuki di kala mengambil pendidikan spesialis. Jadi, cukup cocok juga.
Sontak, di malam itu, aku pun berkontak ria dengan Nanako, membahas tentang rencana perjalanannya ke Jogja. Aku sendiri cukup ragu apakah pada tanggal tersebut Nanako akan menikmati perjalanannya. Berhubung, jadwalnya pun relatif bentrok dengan musim hujan yang tentu mengurangi nikmat perjalanan di berbagai sisi kota tersebut. Berpergian ke kawasan terbuka cukup mengundang risiko karena harus bertaruh akan kemungkinan hujan atau tidak. Aku jadi ingat waktu aku sempat tinggal di Jakarta dan merencanakan perjalanan saat sedang ada acara di Jogja. Waktu itu, di kisaran bulan Oktober atau November. Dimana, musim hujan sedang melanda kala itu. Kami semua merencanakan untuk jalan-jalan ke Candi Prambanan pada siang hari. Namun, apa daya, hujan pun membuat kami melupakan perjalanan itu. Kami hanya menikmati hari dengan makan siang saja sembari bercanda tawa mengalihkan rasa kecewa akan kegagalan itu.
Sebenarnya, kedatangan Nanako ke Jogja ini tidaklah sendirian. Dia datang bersama dengan beberapa rekan kerjanya sembari membuat review tentang budaya dan kuliner dari Jogja sendiri. Jadi, tentu saja, aku tidak terbebani untuk menjadi tour guide bagi mereka. Alhamdulillah. Dia juga cerita sudah menyewa tour guide sendiri untuk kepentingan kerjaan. Menurut itinerary, Nanako akan di Jogja selama 5 hari dan sedang menyusun beberapa hal terkait di Jogja, sembari mencoba minta saran ke aku tentang segala yang berkaitan dengan Jogja. Percakapan malam itu memang terasa menyenangkan. Terutama, ketika dia mengakhirinya dengan kata
See you in Jogja, Gani! Can’t wait to see Jogja, seems from your explanation, Jogja is a lovely place!
Rasa bahagia memang bermunculan setelah percakapan via pesan pribadi itu, bayangkan saja, setelah hanya sekedar mengagumi dari sosial media saja, sampai bisa bercakap-cakap via aplikasi online. Sekarang, malah akan bertemu dan bertatap muka secara langsung, tanpa harus saling menghadap layar. Bukankah itu sebuah pengalaman yang berbunga-bunga? Bagiku, tentu saja jawabnya iya. Tapi, beberapa menit kemudian, rasa bahagia itu berubah perlahan-lahan menjadi rasa cemas. Ya, mendadak, melihat foto-foto Nanako, mulai terlintas pikiran-pikiran aneh di kepalaku. Mulai terbayang beberapa cerita buruk yang pernah aku lalui bersama beberapa teman cewek yang aku kenal selama tinggal di Jogja. Dan, semuanya, tentu tidak berakhir manis.
Cerita itu juga yang membuatku terpikir bagaimana jika kelak Nanako sudah bertemu denganku. Apa yang akan dia pikirkan tentang diriku? Terlebih lagi, aku bukan orang yang cukup aktif dalam memulai pembicaraan. Yang bisa aku lakukan hanyalah menjawab pertanyaan, terutama jika harus berhadapan dengan cewek. Terhitung dari sedikitnya cewek yang bisa akrab denganku, karena rasa malu yang tinggi setiap bertemu denan cewek. Seolah-olah bahan yang sudah aku pesiapkan langsung pudar seketika setelah bertemu dengan kaum perempuan. Ya, bukan hanya kaum perempuan sih, dalam beberapa sirkumstansi pun, hal itu juga sering terjadi bagiku.
Bagaimana jika di saat bertemu Nanako, aku tidak bisa berkata apa-apa dan ujung-ujungnya malah salah tingkah. Teman SMAku pernah bilang bahwa aku punya riwayat salting yang tinggi, dan sepertinya dia benar tentang itu. Aku mudah sekali untuk salitng, bahkan teman kampusku juga bilang gini.
Kamu itu ga perlu diceritain sembunyi-sembunyi, kalo orang pada peka, mereka bisa tahu kamu itu suka sama siapa. Keliatan banget, bro!”
Hal itu sempat terjadi beberapa tahun lalu. Dimana, ketika aku curhat dengan teman tersebut, dia malah menebak aku suka sama siapa. Dan, tebakannya benar sekali.
Bagaimana jika hal itu terjadi di kala aku bertatap muka dengan Nanako. Mungkin, dia akan menganggapku aneh dan mulai menjauhi diriku lagi. Kemudian, rasa trauma itu muncul lagi, dan tiba-tiba langsung teringat pernyataan menusuk dari seorang mantan kenalan (ya, mantan kenalan, karena aku lebih memilih untuk pura-pura tidak mengenalnya hingga sekarang ini)
“KAMU ADALAH COWOK TERJAHAT YANG PERNAH AKU KENAL DI DUNIA, GANI!”
Ya, sakit memang saat membaca pesan tersebut. Entahlah, gimana kabar orang itu, mungkin dia sudah menjadi lebih baik, atau mungkin juga, dia sudah bekerja malam di hotel-hotel. Gani, kenapa kamu ngawur gini otakmu? Sudah berapa film biru yang kamu nonton hari ini sehingga pikiranmu ngawur kemana-mana?
Atau, mungkin saja yang terjadi malah sebaliknya, setelah aku bertatap muka dengan Nanako, justru malah kurang dari ekspektasi yang aku tanam setelah melihat foto di Instagram. Rupanya malah biasa aja, atau mungkin di bawah rata-rata. Kelakuannya kurang menyenangkan, atau justru, malah foto-foto yang tersebar, hanayalah hasil gubahan belaka. Atau, mungkin saja, sesuai dengan harapan. Tapi, rasa cintaku ke Nanako malah berkurang karena alasan tertentu, karena sudah bosan mungkin, atau sudah berganti standar dari cewek tipeku. Mungkin, dia sudah memperpanjang rambutnya sehingga tidak sesuai dengan kaidah kecantikan versi aku sendiri. Atau, mungkin, dia sudah punya pacar. Tentu, itu akan terasa menyakitkan bagiku. Pertemuan yang terasa percuma kala itu.
Ya, sesuai dengan Hadits Rasul, Tuhan memang bisa membolak-balikan hati. Apapun bisa terjadi, mungkin rasa suka yang aku bangun dulu dengan Nanako, akan hilang sesaat dia sudah sampai di Jogja. Lagian, tidak sedikit juga kok kasus cinta yang berawal dari saling membenci antar sesama. Mengingat semuanya, aku pun berpikir, sepertinya memanglah Tuhan sudah ada rencana untuk semua ini. Dan, disitulah, rasa panik tadi semakin menjadi-jadi. Rasa panik tentang kejadian buruk yang bisa saja menimpa.
Dan, semuanya dimulai dari pertanyaan “bagaimana jika”
Bagaimana jika setelah pertemuan itu. ternyata Nanako tidak suka denganku?
Bagiamana jika setelah pertemuan itu, ternyata aku yang tidak jadi suka dengan Nanako?
Apa yang aku harus persiapakan untuk bertemu Nanako? Entah itu, dari topik pembicaraan, pakaian, hingga perbaikan akan bentuk wajah. Sontak, aku coba rancang satu-persatu dalam pikiran, membaca beberapa artikel biar terlihat pintar dan mencatat beberapa poin penting, mempersiapkan pakaian yang cocok, mix and match gitu.
Tapi, apakah pertemuan kami berdua akan berjalan sempurna?
  --------------------------------------------------------  
“Ah, sudahlah, Gani. Pikiranmu kembali ngawur nih. Tidur lagi, besok akan menjadi hari yang menarik bagimu. Selamat tidur!”

Comments

  1. Nanako, mengingatkan saya dengan salah satu karakter di buku Norwegian Wood karya Haruki. Tapi ternyata bukan, cuma mirip, kalau dia Naoko. hahaha.

    Ayo Gan, pasti bisa, ajaklah jalan-jalan Nanako.

    ReplyDelete
  2. Alangkah baiknya untuk melenyapkan bagian "bagaimana jika..." itu memberi kesan yang terlalu inferior dan tak percaya diri, sudah urusan dia suka atau tidak suka, itu urusan belakang, yang terfokus adalah bagaimana caranya untuk menyenangkan nanako dan menjadikan pengalaman berkunjung ke jogja menjadi pengalaman yang berharga...

    ReplyDelete
  3. Membayangkan aku di posisi nanako sih, uda datang jauh2 kalo cm buat ketemu yg byk diem sedih juga. Jd mulailah utk melupakan sedikit malu ketika memulai pembicaraan. Menjadi teman yang hangat tentu akan sangat menyenangkan bagi semua tamu yang dtg. Hehehe..

    ReplyDelete
  4. Iiih, aku ingat tahun lalu saat ke jogja,kamu juga ga mau kketemu ya dek? Hahaha. Btw skrg jogja lagi musim hujan ya? Kebayang gimana suasana jogja yang basah. Btw, jadilh dirimu sendiri saat bertemu org yang belum kamu temui sebelumnya.

    ReplyDelete
  5. Pernah sih ada di posisi Nanako, udah cape2 nyamperin eh yang disamperin diam ajuuuun! kesel kan.

    ReplyDelete
  6. Semoga pertemuan antara Nanoko dan Gani berjalan dengan lancar. Semoga ketakutan2 yg dirasakan Gani tidak terwujud.

    ReplyDelete
  7. Gani, come on... Belum-belum udah mikir macem-macem, gimana sih???

    Semangat terus ya. Nanako selalu ada buat kamu.

    ReplyDelete
  8. wuaw, kalau cowok cemas tuh gini ya
    hahaha, aku sih gak tau, makanya jadi gemas sendiri saat Gani kayak gak PD gitu saat mau ketemu Nanako. Khawatirnya berlebihan
    tapi kalo cowok gentle mah ditrabas aja ya kan

    ReplyDelete
  9. Membaca ini aku jadi ingat tahun lalu ke Jogja sama 'dia' di bulan Desember - Januari yg mana sehari2 hujan alhasil jalan2 nya jadi kurang nyaman. tapi mau gimana lagi kami hanya punya waktu cuti di bulan itu. Ah kenapa aku malah curhat.

    Semangat ya Gani. kamu pasti bisa. Btw.. Gani itu bis kecil merah temennya Tayo, kan? Hai Tayo.. Hai Tayooo...

    ReplyDelete
  10. Uhuy yang mau ketemuan. Aku juga pernah kayak gini. Dan ekspektasi biasanya benar. Jadi bayangkan yang indah-indah saja ya

    ReplyDelete
  11. Jangan berpikiran yang muluk-muluk mas.. bisa ketemu saja sdh disyukuri apalagi jadwal padat juga Nanako.. Kalo ketemu grogi, tahan nafas dan hembuskan pelan-pelan.. Itu cukup mengurangi saya dari rasa grogi n salting biasanya

    Ditunggu hasil kopdaran sama Nanako yaak

    ReplyDelete
  12. Gasabar nunggu lanjutan cerita nanako-gani ini. Btw, gani ini ada beberapa kutemui di kehiduoan nyata. Sangat tidak percaya diri dan minder. Sangat nggak nywman ngobrol dg org spt gani

    ReplyDelete
  13. Aku baru tau drama ini..dengar nama "Gani "alah ingat Tayo..hahahaha

    .semoga pertemuan selanjutnya berjalan lancar.


    Wkwkwk" lancar"

    ReplyDelete
  14. Kalau berada di posisi Nanako kasihan juga sih, udah perjuangan banget datang jauh-jauh tapi malah didiemin. Huhuhu penasaran sih sama lanjutan ceritanya. Berharap happy ending hehehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih telah mengunjungi blog pribadi saya. Jika suka, jangan sungkan-sungkan lho untuk berkomentar. Salam kenal!

Popular posts from this blog

Cerita Buruk di Sepertiga Terakhir Malam

sebuah reuni | detik-detik terakhirmu

Puisi | Menanti Waktu Berhenti