the love theory - nila



"Gan, tadi dokter Safir ngomongin kamu loh! Dia bilang kamu penulis gitu, dan malah bilangin kamu terkena itu, apa namanya.. Gangguan Cemas Menyeluruh. Gitu Gan, tadi."


Omongan itu terjadi di saat aku terpaksa harus bolos di satu kelas bimbingan untuk Uji Kompetensi Dokterku. Kebetulan juga, di jadwal itu, aku ada pertemuan dengan salah satu departemen untuk membahas rencana penelitian. Tidak cukup mendesak sebenarnya, karena dosen yang sedang aku bantu kebetulan punya jadwal fleksibel. Tapi, karena, akunya juga yang mulai menghindari pertemuan dengan dokter Safir, aku sanggupi ajakan pertemuan tersebut. Karena, aku pun berpikir, bahwa sesi bimbingan dengan beliau sendiri tidak akan begitu berguna, hanyalah diisi dengan berbagai cerita tidak jelas. Iya, beliau layak dikategorikan sebagai Lambe Turah bagi para konsulen ataupun dosen di kampusku.

Melihat fakta tentang beliau sendiri, Dokter Safir adalah seorang dokter yang merupakan seorang dosen di kampusku yang cukup disegani karena kedekatannya dengan mahasiswa. Dia juga dikenal sebagai penulis yang cukup memiliki ketertarikan tinggi di bidang sastra. Dia kerap membacakan puisi untuk acara khusus terkait departemen tempatnya bekerja. Dan, ada rencana baginya untuk menulis sebuah novel tentang kehidupan para koass. Awalnya, kami berdua memang cukup dekat, dari sekedar berbagi ide cerita di Facebook ataupun Whatsapp sampai berujung di kala aku membagikan bukuku secara gratis ke beliau. Sempat terasa bangga bagiku di kala saat aku menjalani koass di departemen beliau itu, beliau ditugaskan sebagai Pembimbing Klinik selama belajar sebulan di sana. Intinya, tanggapanku ke beliau waktu itu benar-benar seperti apa yang kebanyakan rasakan. Orang yang ramah, lucu, dan pengertian ke koass. Sehingga, bisa saja urusanku akan dimudahkan oleh beliau suatu hari.

Tapi, sangat disayangkan, semuanya berubah di kala aku mengalami masalah dalam koassku. Ketika aku meminta bantuannya, yang terjadi adalah dia ujung-ujungnya melupakanku. Dan, justru memperparah segala urusanku kala itu. Jadi, waktu itu, aku hanya meminta tanda tangan beliau sebagai pertanda bahwa aku telah selesai menjalani koass di departemen tersebut. Namun, sepertinya aku mulai terjebak permainan yang sering dilakukan oleh beliau. Permainan itu bernama menunda-nunda urusan. Jadi, setiap aku datang dan meminta tanda tangan untuk beliau, yang dia selalu jawab adalah

"Entar ya, Dek. Kamu ga tau kan, saya lagi visite pasien banyak ini."

Padahal, beberapa menit setelah visite pasien, dia malah ngobrol ngalor ngidul ke koass dan residen selama 15 menit sembari mencoba mem-bully aku yang terkesan tidak sabaran untuk menyelesaikan urusanku. Saat itu, yang aku lakukan hanyalah mengumpat di dalam hati, mungkin hati saya yang sedang bersih karena telah termotivasi untuk segera belajar untuk Uji Kompetensi, langsung terkotori oleh segala ucapan beliau yang semuanya negatif. Beliau pun memintaku untuk istirahat dulu, dan sembari aku menanyakan jadwalnya kapan, respon beliau selalu sama

"Entar aja ya, Dek. Besok juga aku tidak janji, lho. Bakal bisa. Kalau koass itu, ya, harus rutin gitu lho nyari konsulen."

Melihat wajah beliau yang terkesan polos tanpa dosa ditambah logat ngapak­ blasteran Jogja yang terlihat menyebalkanAku pun mengumpat di dalam hati,

"Kalau ditunda-tunda terus kayak gini, kapan bisa kelarnya? Bilang aja, benci ketemu saya lagi, Dok! Kan saya koass yang bermasalah bagi anda, Dok."

Meskipun itu, aku hanya bisa mengeluarkan itu di rumah dengan ucapan a la kebun binatang. Suara kali itu sangat kencang, hingga meja kaca di ruang tamu nyaris saja retak berkata "Jangan bunuh aku, Mas!". Di situ, bukan hanya meja kaca saja yang hampir menyerah, Malaikat pun juga bingung.

"Ini mau tak tambah pahala di bulan Puasa, malah mengumpat. Haduuh. Kamu saya kasih NOL aja ya, hari ini."

Tentu, percakapan tadi aku hiraukan saja, dan aku empaskan lagi amarahku di kamar tidur.
Singkat cerita, urusanku dengan Dokter Safir itu akhirnya selesai juga beberapa hari setelah Lebaran. Itu juga setelah melalui periode kesabaran yang cukup panjang, dari menjadi bahan lawakan residen di bagian tersebut, bahkan nyaris berakhir dengan tawaran ayahku untuk ikut serta membantu. Ya, ketika aku menceritakan hal ini ke ayahku, dia nyaris mengumpat. Padahal, selama beliau hidup, beliau bukan orang yang suka mengumpat atas kesalahan apapun yang terjadi pada rekan kerjanya. Meskipun itu, rasa hormatku terhadap beliau mulai berkurang dan mungkin hilang terutama setelah mendengar beliau menyatakan hal itu kepadaku.
Gangguan Cemas Menyeluruh. Sejujurnya, ketika mendengarkan kata itu, membuatku teringat akan tugas yang diberikan oleh dokter Dahlia di saat aku ujian koass di stase Neurologi. Beliau merupakan dosen yang terkenal tegas dan keras kepada didikan koassnya, namun di kala ujian tersebut, aku justru melihat beliau sebagai pendidik yang sangat baik. Bukan tipe orang yang senang memamerkan sesuatu, meskipun kalau dilihat dari gaya pakaiannya cukup cemerlang, ibarat mau datang ke acara pernikahan rekannya. Namun, setelah ujianku selesai, aku justru punya rasa hormat yang cukup mendalam kepada beliau. Karena, beliau memang benar-benar orang yang paham akan kelemahanku dan turut memberikan bantuan terbaik untuk menguranginya. Setiap sesi ujian, beliau selalu meminta supaya aku tidak panik dan di akhir, saat memberikan nilai, beliau memberikanku sebuah wejangan yang selalu aku ingat sampai sekarang. Intinya, beliau ingin aku segera sembuh dari Gangguan Cemas Menyeluruh yang aku alami hingga sekarang ini.
Aku pun mencoba untuk menggali tentang Gangguan Cemas Menyeluruh itu. Melihat dari Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa), sepertinya gejalaku mengarahkan ke sana. Ada rasa senang yang disertai dengan rasa ketegangan motorik dalam bentuk bawaanku yang selalu gemeteran dan gelisah, sertai seringnya muncul overaktivitas otonom seperti sering berdebar-debar di kala ada kerjaan, dan kadang juga bisa pusing kepala atau perut kembung. Dan, satu lagi, rasa cemas itu selalu mengambang ke sana ke mari. Terkadang, sering memikirkan tentang masa depan yang justru belum tau akan kayak gimana. Selalu muncul pikiran tentang kerjaan di kala aku baru mau awal masuk ke dunia perkoassan. Banyak sekali.
Itu juga yang aku rasakan kemarin di saat tiba-tiba mendapatkan sebuah pesan cinta dari Nanako. Pikiranku mengambang kea rah pertemuan kelak, seolah-olah takut bahwa segalanya akan berjalan sangat buruk. Padahal, pertemuan itu belum terjadi dan entah, apakah akan terjadi atau tidak. Dan, lucunya kenapa pikiranku malah mengarah ke apakah Nanako cinta padaku. Haduh, memang gejala ini susah sekali untuk disembuhkan. Aku pun sampai sering meminta bantuan psikiater untuk gejala ini, namun sampai sekarang, belum begitu membaik, dan pikiran itu sering muncul menggoda rasa tenang ini.
Dan, tiba-tiba, aku teringat akan sebuah kisah cinta yang gagal hanya karena kecemasanku akan menjalani sebuah pertemuan. Dahulu kala, di saat masa S1, aku sempat kenalan dengan seorang adik kelas. Iya, bagi seorang aktivis kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang), mendapatkan kenalan adik kelas adalah hal yang sangat special dan tergolong langka. Berhubung, jalan terbaik untuk mengenal adik kelas adalah di kala kita sibuk melaksanakan organisasi. Di saat itu, aku bekerja sebagai asisten dosen untuk sebuah praktikum di kampus. Di situ, aku bertemu dengan cewek cantik, yang namanya Nila. Dia gadis berkerudung yang memang lahir dan besar di Jogjakarta, kulitnya agak kecoklatan, matanya condong sipit, posturnya cukup pendek untuk orang seumurnya. Namun, poin favorit bagiku itu ada pada senyumnya yang benar-benar menggetarkan hati serta ada aura yang positif di saat sesi mengajar dia, membuatku ingin kelak bisa mengajar dia selalu.
Meskipun itu, aku justru merasa cemas jika ingin mencoba mendekati dia. Tentu saja, dengan segala hal positif yang dia miliki, orang-orang sekitarnya juga mencoba untuk mendekatinya. Hingga, sekarang, dia belum punya pacar sekalipun. Mungkin, karena tingkahnya yang kritis dan jiwa kepemimpinannya yang besar, berhubung dia adalah salah satu ketua organisasi mahasiswa yang terkenal di fakultas. Aku pun sempat mencoba menjaga jarak dengannya. Waktu itu, salah satu teman pernah berkata bahwa Nila sepertinya punya rasa denganku. Namun, aku coba abaikan, karena aku justru berpikir bahwa bagaimana jika kelak memang kita saling mencintai satu sama lain, dan mungkin akan melanjutkan pernikahan. Justru, bukan aku yang menjadi ketua di rumah tangga. Malah, Nila yang berpihak selayaknya pemimpin. Tentu, akan sangat lucu jika dibayangkan kelak. Apalagi, aku sendiri menyadari bahwa aku punya sebuah bakat untuk menjadi anggota SSTI (Suami-Suami Takut Istri). Sampai saat ini, aku justru malah tidak berkata apa-apa ke Nila, bahkan terkesan menjauhinya hanya karena pikiran cemas itu menghantuiku.
Beberapa bulan yang lalu, aku mendapatkan kabar bahwa Nila sudah menjalani pernikahan dengan seorang teman yang dia kenal melalui organisasi universitas. Dan, teman yang tadi itu pun berujar padaku di saat berita itu muncul,

"Ah, kamu sih, panikan kalo deket sama Nila, kesosor kan."

Aku tersenyum sembari berpikir bagaimana jika aku membiarkan semuanya seperti angin lalu saja. Mungkin, akulah yang akan bersanding dengan Nila, bukan cowok itu. Namun, mungkin saja, itu adalah pilihan terbaik bagi Nila. Tapi, kembali lagi, bagaimana jika kecemasan itu tidak muncul....... Mungkin, Dokter Safir akan menertawakanku sepuas-puasnya kala itu. Seolah-olah, sambungan ke perasaan dia sudah tersumbat sama pikiran buruk dan umpatan dari beberapa koass yang urusannya selalu dia tunda hanya karena alasan yang tidak jelas. Kadang lupa, kadang males, kadang.. ah sudahlah. Tidak perlu membahas orang kayak gitu lebih lanjut, entar dia malah ge-er lagi.
Entahlah. Pagi ini, aku ada janji dengan seorang cewek manis yang aku kenal. Sudah saatnya, aku berdandan rapi. Meskipun, sebenarnya rencana pertemuan ini hanyalah untuk mengajarkan dia tentang sebuah aplikasi pengolah data. Tapi, beberapa jam setelahnya, aku harus ke kampus untuk keperluan penelitian. Sampai jumpa!

POIN 2:
Janganlah panik karena rasa cinta. Itu hanya akan menghambatmu untuk membangun 


-------------------
FAKTA BAHASA KEDOKTERAN
(1) visite adalah sebuah kegiatan di mana dokter spesialis akan mengunjungi pasien yang berada di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit. 
(2) koass adalah sebuah tahap lanjutan bagi mahasiswa FK yang baru saja selesai mendapatkan gelar Sarjana, dan harus dijalani jika ingin lulus dengan gelar (dr.)
(3) PPDGJ adalah salah satu pedoman yang digunakan oleh Dokter Umum ataupun Dokter Spesialis Jiwa dalam menentukan diagnosis gangguan jiwa yang dialami pasien.

(4) residen adalah sebutan bagi dokter umum yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Comments

  1. Saya sebenarnya sering mengalami kecemasan seluruh tubuh mas.. apalagi k udh disuruh berbicara di depan orang banyak.. rasanya keringat dingin dan mata berkunang. Tapi biasanya kalo saya udh santai dan tarik nafas, semua normal seketika.. semoga gak gampang cemas mas kalah ketemu cewe hehehe

    ReplyDelete
  2. gangguan cemas menyeluruh, aku kok ngeri dengarnya mas. Kalau cemasnya menyeluruh bahaya tu pasti, bisa bikin modar haha...dah ngebayangin bentuknya gimana

    ReplyDelete
  3. Bukan cemas...mungkin grogian aja..., Yang penting dekati aja dulu..ntar lama2 grogi ilang...n nyosor duluan..#eh apasih..

    Tapi grogi orang emang macam2..

    Ada yang deg degan aja .terus normal lagi..

    Ada yang deg degan tapi pake mules..sampai buang2 angin..

    Nah gangguan cemas menyeluruh itu sampai mana...? Hahaha.

    ReplyDelete
  4. Grogi gugup aja itu.. ketemu teman yang grogian juga ya tambah grogi.. tapi skrg sudah ngga lagi kan? Gugup memang natural.. gw juga gitu .. sampe skrg malah kalau urusan cewek. Yang dipikirin banyak mau ngomong apa eh pas ngmng ge jelas n cuman sepatah aja.

    ReplyDelete
  5. Wah aku kalo ketemu konsulen yang mempersulit gitu entah deh bakal gimana. Didoain aja kali ya, hehe. Semoga pertemuan dengan Nanako lancar ya, jangan cemas

    ReplyDelete
  6. Ini ceritaa novel kamu atau kisah nyata??
    Semoga janjian sama si cewe manis berlanjut ke tahap selanjutnyaa....

    ReplyDelete
  7. Waduh, kirain berakhir dengan kisah dr. Safir itu dek. Hahaha, dimana2 konsulen macam itu ada ya farhan, kakak dulu dibagian obgyn. Terpaksa ngulang stase karena belum baca refrat dan ujian. Persis kayak dr. Safir itu konsulen kk. Entah kenapa skrg udah jadi prof pula dianya

    ReplyDelete
  8. Up and down pas lg ngadepin dosen pembimbing smua smaa kali ya dok..baca ikutan deg degan dan cemas. Hihi
    Smoga dpt pengganti Nila ya dan lbh brani ungkapin ke cewe.

    ReplyDelete
  9. Gangguan kecemasan menyeluruh . Aku memang tidak mengikuti cerita farhan dr awal tp sesekali saja.
    Aku rasa dalam case ini mngkin farhan masih dlan keadaan under pressure krena beban kuliah yg dirasa ckup tinggi.
    Nanti seiring berjalannya waktu pasti kecemasan iyu perlahan hilang,kuncinya yakin kamu bida melewatiny. Semoga nanti bisa bertemu orang2 yg selalu bisa menguatkan kamu ya

    ReplyDelete
  10. Kutebak ini cerita berdasarkan pengalaman pribadi, yg kemudian dikembangka imajinasinya. Ya toh??? Hehe

    Btw penulisan yang bener tuh Dokter Safir atau dokter Safir.???

    ReplyDelete
  11. Farhan, paragrafmu panjang-panjang sekali. Btw ceritamu dengan dokter safir jadi mengingatkanku pada dosen pembimbingku yang... ya ampun nyebelinnya. Sedihlah kalo diceritain :(

    ReplyDelete
  12. jadi keinget diri ini juga pernah cemas parah sama hal yang belum kejadiaaan:( jangan panik krn rasa cinta, menghambat membangun, relatable sekaliii

    ReplyDelete
  13. Apakah perasaan tokoh ini kepada dr. Safir hanya prasangka aja?
    Hmmm, kalau boleh kasi contoh lain, dalam bidang pekerjaan, dulu aku jurnalis utk corporate dan suka mengalami kecemasan ketika hendak ketemu dan bicara dengan org baru. Bahkan sekadar menelepon jg gtu. Tapi ternyata salah satu cara efektif melawan kecemasan itu adalah ya dengan menghadapinya sih, baru masalah selesai :D

    ReplyDelete
  14. Aku nih huhu suka cemas tanpa alasan. Baca ini jadi tau, cara ngatasinnya ya harus dilawan ya mas...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih telah mengunjungi blog pribadi saya. Jika suka, jangan sungkan-sungkan lho untuk berkomentar. Salam kenal!

Popular posts from this blog

Cerita Buruk di Sepertiga Terakhir Malam

sebuah reuni | detik-detik terakhirmu

Puisi | Menanti Waktu Berhenti