the love theory - nuri (part 1)



Fakta bahwa aku akan bertemu dengan Nanako dalam beberapa bulan ke depan, mengingatkanku akan betapa kuatnya sosial media dalam menemukan seorang teman, dan tentunya, menciptakan rasa cinta yang mendalam, padahal aku sudah hilang kontak dengannya selama 4 tahun. Berbicara tentang sosial media, aku pun teringat aan sebuah kisah di kala aku hilang kontak dengan Nanako. Kali ini, berawal dari Facebook. Ya, memanglah, lingkaran pertemananku sendiri tidaklah seluas yang kalian pikirkan. Cukup sulit bagi teman-teman untuk menemukan irisan dalam sebuah diagram Venn pertemanan yang kita miliki. Namun, pasti ada. Dunia itu tidak selamanya luas, kok.

Semua berawal dari 2 tahun yang lalu di kala aku berisitirahat dengan membuka Facebook dan muncul chat bertuliskan seperti ini,

“Halo, kak. Kenalkan namaku Nuri. Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang kebetulan lagi bahan skripsi tentang hip-hop. Aku dapat kontak Kakak dari tulisannya di Kompasiana. Bagus banget! Ohya, Kak Gani ada kenalan komunitas gitu ga untuk Hip-Hop? Terima kasih sebelumnya!”

Pesan di Facebook itu muncul dari seorang bernama Nuri Ramadhani. Seorang cewek yang tiba-tiba muncul di kolom pesanku yang sempat berdebu kala itu. Memang, beberapa tahun lalu, entah kenapa tulisanku mendapatkan perhatian tinggi dari kalangan penggemar Hip-Hop. Di kala itu, aku sempat meberikan kritik kepada kualitas music yang ada di skena saat ini. Dimana, lagu yang mengedepankan unsur swag dengan lirik cetek justru dipopulerkan padahal masih banyak lagu rap yang ciamik dari berbagai aspek namun tidak memperoleh promosi yang layak.

Tulisan itu sempat menghentakkan pengisi skena hip-hop dan membuat kolom friend request aku bertambah. Pada umumnya, datang dari rapper komunitas kota yang sering nge-tag aku di kala promosi lagu mereka. Cukup banyak lah kala itu, dan sampai sekarang, masih sedikit dari lagu tersebut yang aku dengarkan secara khusyuk. Namun, setidaknya dapat dilihat dari berbagai respon positif yang muncul kala itu. Nuri adalah salah satu diantaranya. Seorang yang kelak memberikanku pelajaran sangat berharga akan cinta.

Nuri ini menurut profil yang disebar di Facebook, dia berasal dari Kota Bogor. Dia kala itu berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Dan, bagiku, dia itu sangatlah manis, terutama jika dilihat dari hidungnya yang cukup bagus. Kulitnya putih menyerupai susu sapi yang dijual sama anka-anak Peternakan, ditambah dengan rambut yang berurai rapi dengan panjang higga menyentuh tulang belikat. Muncul rasa kagumku akan dirinya, terutama dengan posenya yang cantik. Sayangnya, saat berkelana ke akun sosial medianya, ternyata dia sudah punya pacar. Aku pun sempat memutuskan untuk menjauh darinya, menjaga jarak biar tidak disangka menganggu.

“Kamu itu tidak bisa menghargai apa yang aku suka. Kamu selalu bilang jika Hip-Hop itu sampah atau gimana. Aku tidak bisa selalu diginiin sama kamu. Kita putus aja. BYE!”

Beberapa minggu setelah itu, tiba-tiba muncul status Nuri dengan tulisan kayak gitu di Facebook. Aku pun mencoba sedikit demi sedikit untuk menenangkannya dan akhirnya dia bercerita banyak soal perlakuan pacarnya ke dia kala itu. Mulai dari menghina kesukaan si Nuri dan semacamnya, intinya sudah banyak ketidakcocokan yang terjadi. Meskipun itu, aku tetap tidak bisa langsung menyosor untuk menyatakan cinta padanya. Aku tidak ingin kejadianku dengan Linda terulang lagi. Singkat cerita, beberapa hari setelah Linda putus dengan cowoknya karena beberapa alasan, aku mencoba untuk menyatakan cinta padanya via e-mail. Dan, semuanya tentu tidak berakhir sempurna. Kita tetap berteman hingga sebuah argumen di Whatsapp kembali memisahkan kita hingga sekarang ini, semua karena debatku tentang sebuah girlband Korea (tidak akan aku bahas sekarang, karena akan ada di bab-bab berikutnya).

Sontak, aku coba dekatin Nuri dengan menanyakan bermacam hal. Dari situ, aku mulai paham bahwa dia sering diperlakukan tidak baik oleh beberapa teman cowok yang dia kenal. Bahkan, perlakuan tersebut sampai menjurus ke arah yang lebih seksual lagi. Dia pun ingin curhat ke beberapa orang, namun dia sering merasa dipojokkan. Belum lagi, ke orangtuanya. Statusnya sebagai anak tunggal membuat hidupnya cukup terkekang. Dia harus menjaga keponakannya setiap pagi, dan terkadang harus menerima omelan dari orangtuanya jika melakukan kesalahan. Bukan hanya itu saja, orangtuanya melarangnya untuk kerja cukup jauh, dan bagi mereka, Jakarta itu tergolong jauh untuk sosok Nuri sendiri.

Aku pun mencoba menghiburnya dengan berbagai isi chat yang aku berikan dia. Dia pun memberi umpan balik positif dengan terkadang memulai chat sembari menyemangati di kala aku sedang down. Maklum juga, kehidupan koass memang membuat jiwa ini selalu terombang-ambing. Kesibukan jaga malam ditambah dengan persiapan diri menerima umpan marah dari dokter spesialis ataupun residen. Ditambah lagi dengan adanya intrik drama di kelompok koass yang membuat otakku meledak. Jika tidak ada sosok Nuri, mungkin pikiranku akan melayang ke arah mana.

Percakapan kami pun semakin mesra kala itu. Aku sempat menanyakan tipe cowoknya kala itu. Dan, aku sedikit memaklumi. Dimana, baginya, cowok impian baginya adalah sosok cowok yang suka berolahraga dan sanggup membuat nyaman dan sering mengajaknya jalan-jalan ke sana ke mari. Dia sendiri sebelum sibuk dengan kuliah, dia sempat tergabung dalam sebuah dance crew, lebih tepatnya berkutat di cabang breakdance. Itu, yang ada gerakan rolling atau gerakan nyaris handstand itu. Sehingga, dapat dibilang wajar jika dia ingin cowok yang hobi berolahraga. Dia juga kerap mengisi waktu luang dengan jogging.

Dan, semakin mesranya, sampai aku pun sempat berpikir apakah aku bisa pacaran dengannya. Kami pun sempat telpon-telponan bahkan sempat berinteraksi dengan video call. Dan, ternyata suaranya cukup seksi, tentunya dengan logat Sunda yang masih kental di kala beberapa temanku dari Bogor sudah tidak menunjukkan logat Sundanya, terkontaminasi dengan logat Jakarta. Namun, kali itu, sangat disayangkan, dia justru memberikan respon cukup tidak menyenangkan di kala dia sempat curhat akan adanya friksi sedikit dengan seorang teman.

“Kamu memang orang ysng baik, Gan. Tapi, aku ga yakin kamu bisa menolongku. Kamu itu jauh sekali, di sana. Gak mungkin kamu bisa mengajakku jalan-jalan ke sana ke mari. Aku hanyalah ingin bebas berpetualang. Itulah cara terbaikku melawan depresi kali ini.”

Memang, saat itu, kami ingin sekali bertemu. Aku sempat memintanya untuk berjalan sejenak ke Jogja, tapi dia selalu menolak karena beberapa alasan. Dia justru yang berbalik memaksaku untuk datang ke Bogor, sampai aku pun berpikir untuk pergi ke sana hanya untuk bertemu dengan sosok Nuri tersebut. Memanglah, di kala itu, rasa cintaku pada Nuri begitu besar, bahkan lebih tinggi dibandingkan rasaku kepada Linda saat fase kuliah S1 dulu. Pernah waktu liburan pasca stase koass, aku berencana untuk pergi ke Bogor sendirian saja, hanya untuk mengenal Nuri lebih dekat. Tapi, apa daya, itu hanyalah wacana saja. Ada hal tak terduga yang muncul, sehingga akupun harus mengurung niatku pergi ke sana.

Ya, memang di kala itu, aku sempat berada pada titik dimana aku hampir pacaran dengan si Nuri, cuma jarak aja yang menghalangi biar itu terjadi. Kami saling mengirim kode, bahkan pernah bertukar voice note. Ada satu respon dia yang sempat membuatku salah tingkah. Beginilah bunyinya,

“Semangat ya, Gani! Kamu pasti bisa kok, biar jadi dokter yang baik untukku! Amin!”

Namun, semua rasa itu mulai perlahan menghilang setelah muncul kabar bahwa dia sudah berpacaran dengan seorang teman yang dia kenal lewat sosial media. Ceritanya hampir mirip denganku. Tapi, cowok itu, sebut saja namanya Faldo, dia berani menghampiri si Nuri, terutama karena memang mereka satu domisili. Faldo pun berani menembak Nuri dan menyatakan bahwa dia ingin berkomitmen dengan Nuri tersebut. Nuri pun cerita bahwa baginya, sosok Faldo ini meskipun lebih muda, dia bersifat lebih dewasa dan sangatlah alim. Nuri pun langsung mengiyakan dan membagikan keakrabannya di sosial media.

Melihat foto kemesraan mereka berdua di sosial media, ditambah dengan kata-kata yang dia bagikan membuatku bersedih. Entah, berapa kali lagi aku harus gagal untuk sekedar bisa berpacaran. Aku ingat, kala itu, aku sedang menjalani masa koass di Banjarnegara. Aku pun yang memutuskan mentraktir temanku makan bakso, langsung merasa terpukul. Selalu terpikirkan olehku, apa yang akan terjadi jika mungkin di satu hari, kita sempat bertatap muka sebelum si Faldo melakukannya. Mungkin, aku akan menjadi orang paling bahagia. Ah, sudah berkali-kali aku gagal. Di situ, aku coba chat Nuri hanya untuk sekedar mengucapkan selamat.

“Ciee, akhirnya sudah nemu nih ye, cowok yang mau komitmen. Sukses ya, Nur! Aku bahagia kok!”

“Makasih ya, Gani! Kamu juga sukses ya untuk menemukan cewek yang kamu suka!”

“Makasih juga! Senang ya, sekarang dapat cowok yang baik dan bisa bertemu sama kamu?”

“Iya, Gan. Padahal, beberapa hari yang lalu, aku sempat depresi karena masalah dengan teman cowok. Entah kenapa, si Faldo itu muncul aja gitu. Apakah ini pertanda apa gimana ya? Dia juga orangnya lebih dewasa dan alim banget. Aku jadi suka!”

Aku pun sontak bahagia melihat Nuri sudah bahagia, membuatku tidak begitu seih kala itu. Lagian, tugasku hanyalah untuk membuat Nuri tenang di kala jiwanya terombang-ambing. Dan, tugasku sudah kelar karena dia sudah punya cowok yang dijadikan untuk tempat menopang dan bercerita segala masalah. Setidaknya, tugasku selesai.

Ya, tugasku sudah selesai untukmu, Nuri. Semoga bahagia dengan si Faldo.

POIN 1:
Cinta itu tidak hanya tentang mencapai kebahagiaan, tapi juga tentang menciptakannya. Itulah tujuan cinta sebenarnya. Ya, love is not a noun, it’s a verb.

Comments

  1. Aku dulu pernah gitu. Tapi mikih mundur karena jarak. Gimana ya, dulu mikirnya blm jauh2. Tetap semangat!

    ReplyDelete
  2. Yes, setuju. Love is a verb. Bagaimana membuat orang yang kamu cintai jadi bahagia. Meski mungkin, cinta itu bertepuk sebelah tangan. Hiks.
    Kok jadi gini sih komennya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku komen di sini yaaaaa. Soalnya gak nemu kolom komen baru. Hmmm mungkin jaringan atau knp haha.
      Tapi aku sedih kalau dua org saling suka gak jd bersatu hehe...
      Ya moga2 yg terbaik buat Gani dan Nuri. Lagian jodoh gak kemana. Blm pd nikah kan itu dua org hehe :D

      Delete
  3. Nuri pasti cantik nih dari gambarannya. Ada yang bilang orang baik untuk orang baik, jadi kalau si Nuri belum bisa didapatkan berarti bakalan dapat yang lebih baik dari Nuri. Mungkin merpati heheee

    ReplyDelete
  4. Emm...
    Bingung mau berkata apa.

    Karen sejatinya, cinta itu tidak mengenal jarak.

    Biarpun jarak terbentang, kalau jiwa sudah berkata "This is Love" or "It's Her/Him" ... Maka, harusnya layak diperjuangkan.

    Mungkin Nuri bilang frustasi masalah hubungan dengan seorang pria sebelum Faldo ituu...adalah masalah kalian.

    Iyaa..
    Kamu dan Nuri.

    ReplyDelete
  5. Ya ampun ini kisah nyata? Hmm, aku pernah nya ngalamin diselamatin dan dia bilang kalo dia juga bahagia ngelihat aku bahagia, tapi aku malah jadi nyesek, soalnya sebenarnya aku juga sayang. Eaa, salahku juga sih sayang sama dua orang:(

    ReplyDelete
  6. Intinya cinta itu bahagia. Tak ada cinta yang membuat sedih. Iya ga sih? Hehe

    ReplyDelete
  7. Lha ini baru muncul kolom komennya haha :p

    ReplyDelete
  8. Pas baca namanya.. Nuri.. ingatanku melambung ke teman lamaku yg juga kuliah di bogor.. nuri ini jg amat manis, pakai jilbab Dan menyenangkan.. sayang krn penyakit kronis. Dik Nuri meninggal di usia muda.. awalnya kupikir Nuri yang sama. Ternyata Nuri Kita berbeda.. cuma nama saja yang sama

    ReplyDelete
  9. rasa sayang itu melebihi rasa cinta kepada seseorang, karena kita akan lebih bahagia melihat orang yg disayangi mendapatkan kebahagiaannya walaupun itu membuat kita tersakiti.... makanya saya lebih sering mengungkapkan kata sayang daripada cinta

    ReplyDelete
  10. Tugasnya selesai untuk menenangkan si perempuan, duh, semoga kelak ada yang menenangkan juga ya. Kadang memang mungkin betul kalau, mencintai tak harus memiliki, semacam itu yah :'))

    ReplyDelete
  11. Yap, Cinta gak harus memiliki, kecuali bila siap dan yakin, baru lamar langsung.

    Kisahnya menarik, kalau dikasih sedikit info tentang hip-hopnya mungkin jadi lebih bagus.

    ReplyDelete
  12. Gani enggak naksir si Nuri nih? Tapi bagus sih kalau pun tetap naksir juga tetap mendukung kebahagiaannya.

    ReplyDelete
  13. Replies
    1. oh jelas tidak... jika itu beneran, mungkin aku sudah dibunuh

      Delete

Post a Comment

Terimakasih telah mengunjungi blog pribadi saya. Jika suka, jangan sungkan-sungkan lho untuk berkomentar. Salam kenal!

Popular posts from this blog

Cerita Buruk di Sepertiga Terakhir Malam

sebuah reuni | detik-detik terakhirmu

Puisi | Menanti Waktu Berhenti